Denmark tak lolos tapi dipanggil menggantikan Yugoslavia dan tak dinyana menjadi juara 1992.
Dulu Piala Eropa umum disebut sebagai Piala Dunia mini. Tambahkan Brasil dan Argentina, maka jadilah kompetisi terhebat yang diikuti semua raksasa sepakbola di muka bumi.
Namun bukan itu saja yang membuat Piala Eropa menjadi ajang yang selalu ditunggu para penggila bola. Piala Eropa kerap menyimpan kejutan yang kadang memutarbalikkan analisis pertandingan paling canggih sekalipun, membuat jalannya turnamen kian menarik.
Berikut ini sebagian kejutan yang terjadi di turnamen-turnamen sebelumnya, seperti yang dirangkum dalam situs UEFA, menyoroti tim-tim underdog yang bisa mementahkan semua prediksi.
1988, penyisihan grup: Inggris 0-1 Irlandia
Tahun itu merupakan kali pertama Irlandia masuk putaran final. Pelatih Jack Charlton punya sederet pemain bintang lokal seperti Ronnie Whelan, Paul McGrath, Ray Houghton, John Aldridge – namun nama-nama di tim Inggris seperti Bryan Robson, Peter Beardsley, Gary Lineker dan John Barnes nampak terlalu kuat untuk mereka. Houghton mencetak gol di menit ke-enam untuk keunggulan tim underdog dan timnya mampu menahan serbuan tanpa henti dari Inggris berkat penampilan heroik kiper Packie Bonner.
1992, penyisihan grup: Swedia 2-1 Inggris
Tim tuan rumah sudah meraih satu hasil seri dan satu kemenangan, sementara Inggris di dua partai sebelumnya berakhir dengan skor kacamata. Namun tetap saja anak asuh Graham Taylor lebih diunggulkan. Ketika David Platt mencetak gol waktu pertandingan baru masuk menit ke-empat, kelihatannya tinggal formalitas saja Inggris akan lolos. Namun di hadapan suporter sendiri, Swedia tak mau menyerah begitu saja. Jan Eriksson menyamakan kedudukan dan kemudian Tomas Brolin mencetak gol kemenangan untuk menjuarai grup, sekaligus membuat Inggris tersingkir.
1992, final: Jerman 0-2 Denmark
Para pemain Denmark tengah berlibur setelah gagal di kualifikasi Euro 92, ketika mereka tiba-tiba diundang ke turnamen di Swedia. Penyebabnya karena juara grup Yugoslavia didiskualifikasi akibat perang di negaranya. Tak dinyana, Denmark melaju hingga ke final untuk bertemu Jerman. Kejutan yang mirip kisah di negeri dongeng ini berlanjut lewat gol John Jensen dan Kim Vilfort, ditambah penampilan gemilang kiper legendaris Peter Schmeichel di final yang memberi mereka tropi mustahil itu.
1996, penyisihan grup: Republik Ceko 2-1 Italia
Setelah kalah dari Jerman di Grup A dan menyongsong pertandingan melawan Italia, runners-up di Piala Dunia dua tahun sebelumnya, Republik Ceko betul-betul dalam situasi sulit. Pavel Nedvěd berhasil mencetak gol pertama, namun segera disamakan oleh Enrico Chiesa. Ketika bek Italia Luigi Apollini diusir wasit, Republik Ceko berbalik dominan dan unggul lewat gol Radek Bejbl. Mereka berhasil melaju ke final, walau kembali kalah oleh Jerman.
2004, penyisihan grup: Latvia 0-0 Jerman
Negeri kecil Latvia yang belum begitu dikenal kemampuannya di sepakbola berada di “grup neraka” bersama Belanda, Jerman dan Republik Ceko. Ketika melawan Jerman, juara dunia tiga kali dan juara Eropa tiga kali, Latvia mampu menahan semua gempuran dan bahkan nyaris unggul lewat aksi Māris Verpakovskis.
2004, final: Portugal 0-1 Yunani
Mirip dengan kisah Denmark 12 tahun sebelumnya. Portugal berisi para pemain “generasi emas” seperti Lu's Figo, Rui Costa, Deco, Ricardo Carvalho dan Cristiano Ronaldo. Pelatihnya adalah Luiz Felipe Scolari, yang membawa Brasil menjadi juara dunia. Tambahan lagi, mereka tuan rumah turnamen sehingga panggung pertunjukan seperti disiapkan khusus untuk mereka saja. Namun tim Yunani, yang bagi penonton Indonesia hampir tidak ada nama yang dikenal, mempertahankan reputasi sebagai pembunuh raksasa di turnamen itu. Di pertandingan pertama turnamen, mereka sudah mengalahkan Portugal 2-1 dan di final kembali unggul lewat gol tunggal Angelos Charisteas