GAYA DALAM OLAGRAGA LOMPAT TINGGI


Pada kesempatan ini yang akan kita ulas adalah Lompat Jauh. Cabang olahraga yang satu ini sudah sejak lama diperlombakan dalam kelompok atletik di Olimpiade maupun kompetisi dunia lainnya. Jika pada lompat jauh, seorang atlit dituntut untuk mencapai jarak atau secara horizontal, maka pada lompat tinggi seorang atlit dituntut memperoleh angka maksimum dalam hal ketinggian atau arah vertikal. Jadi, dengan bahasa lain, lompat jauh adalah cabang atletik yang menguji keterampilan seseirang melompat setinggi-tingginya. Dalam olahraga lompat tinggi, keberadaan mistar sangat penting sebab ia merupakan tolak ukur pencapaian tinggi seorang atlit. 

Misatar dalam lompat tinggi dipasang secara mendatar pada dua buah tiang yang tingginya bisa mencapai 2,5 meter. Adapun panjang mistar tersebut paling sedikit 3,15 meter. Olahraga lompat tinggi ini dilakukan secara indoor dengan menggunakan daerah awalan yang panjangnya maksimal 15 meter dan titik tumpu datar dengan kemiringan 1 banding 100. Sementara itu, tiang lompat haruslah kokoh dan kuat. Jarak antara tiang yang satu dan tiang lainnya yakni 3.98 sampai 4.02 meter. 


Beragam Gaya Lompatan Tinggi 

Sama seperti lompat jauh, di dalam cabang atletik lompat tinggi dikenal juga beberapa gaya yang didasarkan pada gaya sang atlit saat ia bergerak melayang di udara. Adapun gaya-gaya tersebut, antara lain sebagai berikut; 

Gaya Gunting atau Scissors Style: Gaya ini dikenal juga dengan nama Swenney Style sebab tokoh bernama Swenney lah yang merubahnya dari nama gaya jongkok menjadi gaya gunting. Adapun cara melakukannya cukup mudah, si atrlut melompat dan mengambil awalan mulai dari tengah. Kemudian ia melompat dengan menggunakan tumpuan pada kaki kirinya dan ia akan mendarat dengan kaki yang sama. Saat ia ada di dudara, ia akan berputar ke arah kanan dan kemudian mendarat ke arah kiri, dan terakhir badannya kembali sama seperti pada awalan tadi.

Gaya Guling atau Western Roll Style: Gaya yang satu ini kurang lebih sama dengan gaya gunting dimana tumpuan kaki jatuh ada pada kaki yang kiri dan apabila dimulai dengan kaki kanan maka yang mendarat juga bagian kanan. Hanya saja, awalan gaya ini berbeda. Tidak dari tengah seperti gaya gunting melainkan dari samping.

Gata Straddle: yakni sebuah gaya yang dimulai dengan cara menikung dengan cepat. Tujuan awalan pada gaya ini adalah untuk mempersiapkan tolakan, mempersiapkan sudut lepas landas serta menciptakan arah horizontal yang kemudian akan diubah menjadi kecepatan bertikal atau ke atas. Pada proses tolakannya, gaya ini menekankan pada penggunaan 1 kaki yang paling kuat. Adapun tujuan tolakan pada gaya ini adalah untuk memperoleh saat tepat memutar untuk bisa melewati mistar, untuk merubah gerak datar atau horizontal menjadi arah atas atau vertical. Sementara itu, sikap badan dengan gaya ini cenderung terlentang dengan kedua kaki yang menggantung dan dibuat lemas. Saat mendarat, atlit akan mengusahakan agar yang pertama kali jatuh adalah sisi bahu dan juga punggung. Apabila pendaratannya di atas pasir maka yang tiba terlebih dahulu adalah kaki yang selanjutnya berguling ke arah depan kemudian menumpu pada bagian pundah bahu bagian kanan.

Gaya Fosbury Flop: pada gaya yang satu ini, awalan dilakukan dengan sangat cepat, dengan cara sedikit melingkar atau menikunf. Langkah awalannya sekitar 7 sampai 9 langkah saja. Tolakan pada gaya ini sama dengan gaya lainnya yakni dengan menggunakan bantuan kedua tangan untuk mengangkat berat badan ke atas. Tolakan kaki dilakukan di bagian kiri mistar. Adapun sikap badan di bagian atas mistar adalah terlentang dan kaki dibuat menggantung lemas. Sementara itu, dagu ditarik ke bagian dada dan punggung atlit diusahakan ada di atas mistar dengan menyerupai busur yang melintang.


Dalam melakukan lompat tinggi, poin paling penting bagi atlit adalah membuat lompatan setinggi mungkin dengan tidak membiarkan salah satu anggota tubuh meyentuh mistar dan membuat ia berubah tempat, sebab hal tersebut akan dianggap gagal. Gal lain yang patut dihindaria adalah gerak lari pada awalan yang terlampau cepat, saat hendak menolak, kaki terlalu lurus ke depan, gerakan kombinasi pada kaki atlit kurang sempurna, badan yang condong dan terlampau mendekati mistar, atlit melewati mistar namun dalam posisi seperti duduk, membuat sebuah lengkungan badan yang terlalu dini, dan gerak yang terlambat di akhir.


Artikel Yang Disukai :



 
Copyright © DUNIA OLAH RAGA | Powered by Blogger